Gue
punya cerita unik sewaktu gue masih magang kuliah di kawasan Gunung Putri, Bogor. Saat itu, jam tangan gue sudah menunjukkan pukul setengah enam sore,
tandanya jam pulang kantor telah tiba "Hore Hore Hore". Gue pulang
dengan muka lusuh dibalut masker yang sengaja gue pakai selama perjalanan
pulang, disamping buat nutupin muka dari serbuan debu ganas khas Gunung Putri
yang merupakan asal-usul penyebab kenapa muka gue jerawatan, sekaligus buat
nutupin muka gue disaat gue tiba-tiba pengen ketawa sendiri jikalo teringat
sesuatu momen lucu. Seperti biasa, gue selalu pulang bareng temen gue yang
rumahnya kebetulan satu arah sama gue menggunakan jasa angkot ugal-ugalan, seruduk sana seruduk sini, tak lain tak bukan angkot no 38. Sebut saja dia
Kisty. Gue sama kisty selalu nyari topik-topik konyol selama di perjalanan.
Apapun itu yang kita temui di dalam angkot selama mengundang tawa, pasti selalu
kita bikin lelucon untuk mengurangi kebosanan kita selama perjalanan karena
Gunung Putri merupakan daerah yang terkenal macet. Benar sekali, setelah
setengah jam merasakan macet yang tak kunjung kelar, seperti penyusunan kabinet
menteri Jokowi yang tak kunjung kelar juga, ada sesosok baja berjalan yang
mengusik penglihatan seisi angkot, termasuk kami. Yap.. kami berpapasan dengan
sebuah mobil unik. Kenapa unik? Dibilang mobil bukan, tapi gak dibilang mobil
juga bukan. Dan baru pertama kali gue ngeliat ada sopir mobil tapi pake helm,
selain mobil balap tentunya. Menurut gue, ini adalah penemuan teknologi
transportasi terbaru, dimana mobil tidak lagi memerlukan atap sebagai penutup dan
pintu untuk masuk ke dalam mobil. Cukup praktis bukan? Hanya membutuhkan ban,
setir, dan tempat duduk pastinya. Ya bisa dibilang mobil ini serba ramah. Ramah
kantong dan ramah masyarakat.
"Kenapa
disebut ramah kantong???"
"Setelah
melihat wujud mobil ini, bisa disimpulkan bahwa pembuatan mobil ini hanya
memerlukan jumlah bahan baku yang lebih sedikit daripada mobil pada umumnya.
Bayangin, untuk membuat mobil ini tidak memerlukan atap, kaca, spion, pintu,
dan body. Ramah kantong bukan? Di samping itu, pemilik juga diuntungkan karena
pastinya biaya perawatan yang relatif rendah."
"Terus
kalo hujan gimana?"
"Di
dalam mobil tersebut pasti udah disediain jas hujan, gak liat sopirnya pake jas
hujan?"
"Yaahh
mendingan naik motor, ketawan lebih murah."
"Kuota
penumpang maksimal buat naik motor berapa sih gue tanya? Paling mentok 3 orang
kan. Itu juga kalo yg naikin terong-terongan sama cabe-cabean. Kalo yang naik
orang normal dan patuh lalu lintas, maksimal cuma bisa 2 orang. Coba lihat
mobil ini? Space di belakang dan samping sopir masih lega kan. Ya bisa lah buat
bawa satu gang kalo mau kondangan daripada nyarter Opletnya Babe Sabeni, bayar mahal, nyampe kaga, suruh dorong iya gara-gara mogok."
"Iya
juga sih, terus maksudnya ramah masyarakat?"
"Bayangin
kalo yang naik mobil itu adalah presiden, pejabat atau seleb, mereka bisa
sekalian "Say Hi" sama penggemar-penggemarnya karena ruang mereka
untuk berekspresi terbuka lebar. Mereka tak perlu lagi repot-repot membuka kaca
mereka hanya untuk sekedar Say Hi. Cukup duduk santai dan pasang muka ramah
seramah ramahnya, bahkan kalo perlu ngeluarin senyum pepsodent tanpa perlu
repot memencet tombol buka tutup jendela kaca"
Sebenernya gue gak paham, ini merupakan teknologi transportasi terbaru atau
emang mobil ini abis kecelakaan, yang mana bodynya pada lepas semua. Atau bisa
jadi si sopir mau ke kantor pusat Transcorp untuk ngedaftarin mobilnya masuk ke
dalam nominasi 7 mobil terunik di dunia, entahlah, hanya sopir dan Tuhan yang
tau...
0 komentar:
Post a Comment