Career Goals |
Ngga kerasa udah
tujuh bulan lamanya gue mencari uang dengan keringat gue sendiri sebagai
pegawai swasta. Biasanya kalo gue mau membeli sesuatu bisa dengan mudah
menghabiskannya tanpa mengetahui bagaimana proses uang itu bisa diperoleh.
Sekarang semuanya berubah. Rasanya sangat disayangkan menghabiskan uang hanya
untuk sesuatu yang menurut gue bukan kebutuhan primer karena gue bisa merasakan
bagaimana capeknya mencari uang. Sering terbesit dibenak gue bagaimana enaknya
menjadi owner atau pemilik perusahaan. Kerja minim, duit maksimal.
"Ah lama-lama gue buka usaha sendiri deh biar ga
capek-capek kerja sama orang lain"
Menurut lo dengan
lo menjadi owner, kerjaan lo cuma berpangku tangan terus duit ngalir ke
rekening lo gitu aja? Think outside of the box. Menjadi owner itu lebih sulit
dari yang dibayangkan. Paling tidak lo harus mahir memanajemenkan diri sendiri,
sebelum memanajemenkan usaha lo apalagi anak buah lo. Seorang owner harus mampu
melihat peluang pasar yang ada, mampu menentukan segmentasi dan targeting
sesuai dengan produk yang bakal lo jual. Well, secara visual memang
kelihatannya enak menjadi owner, tetapi secara praktik, gue jamin lo bakal
Knock Out di marketingnya.
"Yaudah deh kalo begitu gue jadi pegawai aja! Enak,
tinggal nurut aja apa yang disuruh atasan terus dapet duit deh"
Bekerja dengan orang lain juga ngga ada enaknya. Lo harus bangun pagi
supaya ga terlambat ke kantor. Lo dilarang pulang sebelum waktunya tiba.
Intinya bekerja dengan orang lain harus terikat peraturan yang terkadang ngga
sesuai dengan karakter lo. Belum lagi banyak yang mencemooh kalo menjadi
pegawai itu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya "kayak orang bodoh yang
mau saja disuruh-suruh". Terkadang pemikiran seperti itu yang membuat
orang tidak akan maju.
"Being owner nor employee, both of them are
difficult. It's the first mindset of me when I was looking for money with
myself"
Dibalik kesulitan, pasti ada solusinya. Ada beberapa pendekatan yang
akan gue sharing sebagai pegawai. Ketika pertama kali gue memutuskan menjadi
pegawai yang artinya gue harus bekerja di bawah aturan orang lain, memang sulit
rasanya. Tapi karena tuntunan hidup membuat gue terus berpikir bagaimana gue
bisa keluar dari permasalahan ini sehingga semua perkerjaan yang gue lakuin
sekarang bukan hanya sebagai rutinitas semata tetapi sebagai ladang
pengembangan ilmu yang gue punya. Singkat cerita, gue membuat pendekatan bahwa
pegawai dan perusahaan adalah mitra kerja yang saling membutuhkan, sehingga itu
ga membuat gue berpikir bahwa gue bekerja sebagai budak. Gue punya bekal berupa
keahlian yang gue miliki. Keahlian ini lah yang gue jadikan produk yang bakal
gue jual ke perusahaan yang mempekerjakan gue. Lalu perusahaan memiliki uang
untuk membeli produk yang gue jual, dimana produk yang gue jual tersebut bakal
menjadi aset penting bagi perusahaan. Bukankah itu simbiosis mutualisme?
"I'm a Seller, and Company is a Buyer". Sebagai seller yang bermutu,
tentunya gue harus memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, selama berelasi
dengan perusahaan yang mempekerjakan gue, gue selalu melakukan continual
improvement terhadap kualitas produk yang gue jual. Karena jika tidak, gue
bakal kehilangan perusahaan yang mempekerjakan gue sebagai pelanggan.
Analoginya seperti suatu barang yang dijual di pasaran terdiri dari tiga grade,
grade A, B, dan C, dimana semakin rendah gradenya, maka harga yang ditawarkan
akan semakin rendah juga. Sama halnya dengan pegawai. Itu lah sebabnya jangan
berburuk sangka jika perusahaan tidak membayarmu secara adil, itu tandanya
produkmu tidak berkualitas. Oleh karena itu instrospeksi diri kita mulai dari
sekarang.
"Terkadang
bukan apa yang diberikan negara untuk kita tapi apa yang telah kita berikan
untuk negara, begitu juga perusahaan tempat kita bekerja"
"Do your best"
"Do your best"
Jika kamu tetap merasa perusahaan tidak adil padahal kamu sudah
melakukan yang terbaik, pastikan dirimu sudah matang betul untuk memulai hidup
baru di tempat baru yang menurutmu lebih menjanjikan. Karena sesuatu yang
menjanjikan, tentu membutuhkan timbal balik yang lebih besar juga.
So, dua point yang
bisa gue peroleh dari pendekatan yang gue buat ini. "Being an Owner and an
Employee at the same time".
Terus jadinya susahan mana?
Terus jadinya susahan mana?
"There is no difficult thing if we wanna try it the
other way"
yup do your best sampai batas yg ditentukan, ati2 dimanfaatkan oleh perusahaan,
ReplyDeleteyup do your best sampai batas yg ditentukan, ati2 dimanfaatkan oleh perusahaan,
ReplyDeleteSaya juga suka banget membanding-bandingkan keduanya, both owner or employer. Tapi balik lagi sih, jadi owner juga susah, meski jadi employer pun nggak gampang karena harus ngalahin ego yang tinggi. Hasil baca sama pengalaman, baiknya sih memang keduanya harus seimbang dulu pertama-tama, untuk kemudian jadi owner harus lebih diptomalkan untuk melepaskan diri dari belenggu employee #tsaah
ReplyDeleteTerima kasih sudah mengingatkan kembali.
Sama2 bro
Deletepagi pagi baca ini.. jadi semangat kerja lagi :) sambil mikir usaha apaan ya... atau serius nekenin dunia kepenulisan :) Trims ya
ReplyDeleteYou are welcome :)
DeleteJadi owner juga gampang-gampang susah sih ya, dan waktunya juga harus dimanage dengan baik. Soal waktu, juga tergantung jenis bisnis apa yang dibangun. Heheh
ReplyDeleteyap betul jgn dikira jd pengusaha itu gampang,
DeleteKuncinya harus berani ngambil risiko