Thursday 10 September 2015

SUSAHAN MANA, MENJADI OWNER ATAU PEGAWAI?

September 09, 2015 by Tia Esha Nombiga


Career Goals

Ngga kerasa udah tujuh bulan lamanya gue mencari uang dengan keringat gue sendiri sebagai pegawai swasta. Biasanya kalo gue mau membeli sesuatu bisa dengan mudah menghabiskannya tanpa mengetahui bagaimana proses uang itu bisa diperoleh. Sekarang semuanya berubah. Rasanya sangat disayangkan menghabiskan uang hanya untuk sesuatu yang menurut gue bukan kebutuhan primer karena gue bisa merasakan bagaimana capeknya mencari uang. Sering terbesit dibenak gue bagaimana enaknya menjadi owner atau pemilik perusahaan. Kerja minim, duit maksimal.

"Ah lama-lama gue buka usaha sendiri deh biar ga capek-capek kerja sama orang lain"

Menurut lo dengan lo menjadi owner, kerjaan lo cuma berpangku tangan terus duit ngalir ke rekening lo gitu aja? Think outside of the box. Menjadi owner itu lebih sulit dari yang dibayangkan. Paling tidak lo harus mahir memanajemenkan diri sendiri, sebelum memanajemenkan usaha lo apalagi anak buah lo. Seorang owner harus mampu melihat peluang pasar yang ada, mampu menentukan segmentasi dan targeting sesuai dengan produk yang bakal lo jual. Well, secara visual memang kelihatannya enak menjadi owner, tetapi secara praktik, gue jamin lo bakal Knock Out di marketingnya.

"Yaudah deh kalo begitu gue jadi pegawai aja! Enak, tinggal nurut aja apa yang disuruh atasan terus dapet duit deh"

Bekerja dengan orang lain juga ngga ada enaknya. Lo harus bangun pagi supaya ga terlambat ke kantor. Lo dilarang pulang sebelum waktunya tiba. Intinya bekerja dengan orang lain harus terikat peraturan yang terkadang ngga sesuai dengan karakter lo. Belum lagi banyak yang mencemooh kalo menjadi pegawai itu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya "kayak orang bodoh yang mau saja disuruh-suruh". Terkadang pemikiran seperti itu yang membuat orang tidak akan maju. 

"Being owner nor employee, both of them are difficult. It's the first mindset of me when I was looking for money with myself"

Dibalik kesulitan, pasti ada solusinya. Ada beberapa pendekatan yang akan gue sharing sebagai pegawai. Ketika pertama kali gue memutuskan menjadi pegawai yang artinya gue harus bekerja di bawah aturan orang lain, memang sulit rasanya. Tapi karena tuntunan hidup membuat gue terus berpikir bagaimana gue bisa keluar dari permasalahan ini sehingga semua perkerjaan yang gue lakuin sekarang bukan hanya sebagai rutinitas semata tetapi sebagai ladang pengembangan ilmu yang gue punya. Singkat cerita, gue membuat pendekatan bahwa pegawai dan perusahaan adalah mitra kerja yang saling membutuhkan, sehingga itu ga membuat gue berpikir bahwa gue bekerja sebagai budak. Gue punya bekal berupa keahlian yang gue miliki. Keahlian ini lah yang gue jadikan produk yang bakal gue jual ke perusahaan yang mempekerjakan gue. Lalu perusahaan memiliki uang untuk membeli produk yang gue jual, dimana produk yang gue jual tersebut bakal menjadi aset penting bagi perusahaan. Bukankah itu simbiosis mutualisme? "I'm a Seller, and Company is a Buyer". Sebagai seller yang bermutu, tentunya gue harus memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, selama berelasi dengan perusahaan yang mempekerjakan gue, gue selalu melakukan continual improvement terhadap kualitas produk yang gue jual. Karena jika tidak, gue bakal kehilangan perusahaan yang mempekerjakan gue sebagai pelanggan. Analoginya seperti suatu barang yang dijual di pasaran terdiri dari tiga grade, grade A, B, dan C, dimana semakin rendah gradenya, maka harga yang ditawarkan akan semakin rendah juga. Sama halnya dengan pegawai. Itu lah sebabnya jangan berburuk sangka jika perusahaan tidak membayarmu secara adil, itu tandanya produkmu tidak berkualitas. Oleh karena itu instrospeksi diri kita mulai dari sekarang.

"Terkadang bukan apa yang diberikan negara untuk kita tapi apa yang telah kita berikan untuk negara, begitu juga perusahaan tempat kita bekerja"

"Do your best"

Jika kamu tetap merasa perusahaan tidak adil padahal kamu sudah melakukan yang terbaik, pastikan dirimu sudah matang betul untuk memulai hidup baru di tempat baru yang menurutmu lebih menjanjikan. Karena sesuatu yang menjanjikan, tentu membutuhkan timbal balik yang lebih besar juga.

So, dua point yang bisa gue peroleh dari pendekatan yang gue buat ini. "Being an Owner and an Employee at the same time". 

Terus jadinya susahan mana?

"There is no difficult thing if we wanna try it the other way"