Tuesday 15 December 2015

CHERNOBYL, AKANKAH MENJADI SETTING THE LAST OF US 2?


December 14, 2015 by Tia Esha Nombiga

"Abandoned Places". Ketika kita mendengar dua kata itu, pasti terbesit kata "menyeramkan" di dalam benak kita. Abandoned place dalam bahasa Indonesia adalah tempat tak berpenghuni yang ditinggalkan oleh penghuninya dikarenakan tempat tersebut sudah tidak layak untuk ditempati. Jika pembaca adalah salah satu gamer, pasti sudah tidak asing dengan game bergenre survival horror berjudul The Last of Us (TLoU). Sejak dirilis eksklusif pertama kali untuk platform Playstation 3 pada tahun 2013, game tersebut langsung dinobatkan menjadi Game of The Year. Dikarenakan konsol era 8 sudah lahir dan banyak user yang mulai menggunakannya, Naughty Dog selaku Developer Game merilis game tersebut ke dalam platform Playstation 4 berjudul The Last of Us: Remastered pada tahun 2014. Saat ini para gamer PC dan Xbox harus gigit jari karena tidak bisa memainkan game tersebut. TLoU memang hanya dirilis untuk konsol Playstation saja. Kembali ke dalam cerita TLoU. Latar game tersebut memang ditempatkan di beberapa kota di Amerika Serikat yang dirancang secara detail menyerupai Abandoned Cities, seperti Boston, Colorado, Texas, Salt Lake City, dan Pittsburgh sesuai dengan genrenya yang ditinggal penghuninya akibat wabah jamur Cordyceps yang membuat penderitanya berubah menjadi zombie. Sebenarnya bukan ditinggal, ada sebagian penghuni yang tidak bisa survive dan akhirnya menjadi mayat hidup karena otak mereka dikendalikan oleh jamur atau wafat ditempat karena bunuh diri atau dibunuh. TLoU bercerita tentang perjalanan hidup seorang pria paruh baya bernama Joel saat bertahan menghadapi wabah Cordyceps.

The Last of Us Cover for Playstation 3


Prolog dimulai ketika wabah pertama kali menjangkit Amerika Serika, saat itu Joel masih muda dan memiliki seorang putri bernama Sarah. Saat Amerika Serikat sudah mulai dilanda kekacauan akibat ledakan infeksi dimana-mana membuat Joel terpaksa membawa putrinya pergi dari rumah bersama dengan adiknya yang bernama Tommy. Saat mengendarai mobil, Joel, Sarah beserta Tommy mengalami kecelakaan akibat banyak manusia berlarian untuk menyelamatkan diri dari Infected (sebutan manusia yang terinfeksi Cordyceps). Kecelakaan membuat kaki Sarah mengalami luka sehingga Joel terpaksa harus menggendongnya. Joel dan Tommy berlari ke sana ke mari dari kejaran Infected dan akhirnya membawa mereka menuju hutan untuk meminta bantuan U.S Military. Tetapi U.S Military tidak percaya bahwa Joel dan Putrinya terbebas dari infeksi sehingga membuat aparat terpaksa menembak keduanya yang membuat Joel kehilangan putrinya.
When Sarah was shot by U.S Millitary
Gameplay sesungguhnya dimulai ketika Joel sudah berusia kurang lebih setengah abad atau lebih tepatnya 20 tahun kemudian sejak kematian Sarah. Selama perjalanan mengililingi beberapa tempat di Amerika Serikat yang sudah menjadi Abandoned Place, Joel bertemu dengan Ellie, seorang gadis kecil berusia 14 tahun yang ternyata immune terhadap gigitan Infected. Awalnya Joel tidak menyadari karena Ia hanya diberi mandat oleh Marlene, teman adiknya, Tommy untuk mengantar Ellie menuju Fireflies di Capitol Building. Ia baru mengetahui ketika U.S Millitary memeriksa bahwa mereka positif terinfeksi atau tidak. Ternyata Ellie sudah digigt oleh Infected sejak 3 minggu yang lalu. Selama perjalanan menuju Fireflies, kita dihadapi oleh beberapa tantangan yang harus kita lewati seperti Runners dan Stalkers (Infected yang masih berwujud manusia), Clickers (Infected yang sudah tidak memiliki otak), Bloaters (Infected berbadan besar dan sangat berbahaya) ataupun manusia barbar yang terpaksa saling membunuh akibat kekacauan untuk merampas makanan dan harta. Dari segi cerita, TLoU memang secara apik menyuguhkan bagaimana drama hubungan antara Joel dan Ellie yang awalnya saling kaku dan acuh karena belum mengenal satu sama lain hingga membuat mereka merasa nyaman sehingga Ellie menganggap Joel seperti ayah kandungnya sendiri. Pada akhir cerita, Joel menyelamatkan Ellie dari niat buruk David, seorang leader dari Canibalistic Group yang sempat menolong Ellie dari kejaran Infected for chopping her body to tiny pieces dan mengatakan "Don't worry, It's me, I'm here, Baby Girl" seperti apa yang dikatakan Joel kepada Sarah pada 20 tahun silam. Menurut saya, pada bagian cerita ini yang paling menyentuh sisi emosional saya.

The Last of Us Gameplay (pic by google)

The Last of Us Gameplay (pic by google)


Ketika kita memainkan TLoU, sebagian gamer pasti langsung teringat dengan peristiwa ledakan nuklir mahadahsyat yang meluluhlantakkan reaktor nuklir di daerah Prypyat, Kota Chernobyl (saat itu masih merupakan bagian dari Uni Soviet) yang membuat Chernobyl menjadi kota mati karena telah ditinggal penghuninya terhitung sejak tanggal 27 April 1986. Chernobyl terletak di timur laut Ukraina, berbatasan dengan Belarusia. Hampir 30 tahun kota tersebut ditinggalkan membuat Chernobyl mengukuhkan dirinya menjadi salah satu Abandoned Places di dunia. Sisa-sisa kehidupan yang sempat ditinggalkan seperti mengajak kita kembali ke tiga dekade silam ketika kita mengunjungi tempat itu kembali, seperti Taman Kanak-kanak yang masih menyisakan buku-buku serta mainan anak-anak yang berserakan ataupun taman bermain yang sudah berkarat akibat dimakan usia. Namun sampai saat ini wisatawan harus mendapatkan pengawalan ketat ketika mengunjungi tempat tersebut karena dikhawatirkan sisa radiasi masih tertinggal. Dalam dunia video game, sebenarnya Kota Chernobyl sudah pernah dijadikan latar untuk game shooter besutan Infinity Ward berjudul Call of Duty 4: Modern Warfare. Namun genre yang diambil bukan seseram tempat yang dijadikan latar melainkan seperti genre COD pada umunya yaitu perang terhadap pemberontak atau teroris seperti kisruh yang terjadi di Timur Tengah saat ini.

Abandoned City of Chernobyl (Left) and Abandoned City of TLoU (Right)
(pic by google, edited by me)
Abandoned Hotel of Chernobyl (Left) and Abandoned Hotel of TLoU (Right)
(pic by google, edited by me)

Jika saat ini Naughty Dog tengah sibuk menggarap story script The Last of Us 2, mungkin Chernobyl bisa dijadikan latar selanjutnya dengan catatan, cerita tidak beruntut dari sequel pertama. Kita ketahui bahwa bahaya nuklir bagi tubuh dapat menjadikan manusia mengalami mutasi genetik seperti kanker, namun manusia memiliki imajinasi di luar batas ketika menciptakan suatu karya seni. Bisa saja akibat radiasi radioaktif, membuat penderitanya mengalami mutasi genetik yang membuatnya berubah menjadi mutan seperti Hulk atau Zombie karena pada dasarnya Developer Game saat mengembangkan sebuah game tidak hanya sebatas menyajikan bagaimana gamer dapat menyelesaikan game tersebut atau seberap sulit game tersebut diselesaikan tapi seberapa epic cerita dari game tersebut sehingga gamer tidak merasa bosan ketika memainkannya. Sepertinya Naughty Dog paham betul apa yang diinginkan para gamer. Disamping grafis yang tidak usah diragukan lagi, Naughty Dog menyeimbangkan antara story scene serta gameplay selama 17 jam permainan sehingga kita bisa merasakan seperti menonton film dan bermain game dalam satu waktu. Namun semua kembali ke Naughty Dog selaku Developer TLoU. Jika para gamer menginginkan TLoU berlanjut dari kisah awal, maka Amerika Serikat tetap menjadi latar utamanya. Kita tunggu TLoU 2 yang akan rilis di konsol era 8 buatan Sony.

Thursday 10 September 2015

SUSAHAN MANA, MENJADI OWNER ATAU PEGAWAI?

September 09, 2015 by Tia Esha Nombiga


Career Goals

Ngga kerasa udah tujuh bulan lamanya gue mencari uang dengan keringat gue sendiri sebagai pegawai swasta. Biasanya kalo gue mau membeli sesuatu bisa dengan mudah menghabiskannya tanpa mengetahui bagaimana proses uang itu bisa diperoleh. Sekarang semuanya berubah. Rasanya sangat disayangkan menghabiskan uang hanya untuk sesuatu yang menurut gue bukan kebutuhan primer karena gue bisa merasakan bagaimana capeknya mencari uang. Sering terbesit dibenak gue bagaimana enaknya menjadi owner atau pemilik perusahaan. Kerja minim, duit maksimal.

"Ah lama-lama gue buka usaha sendiri deh biar ga capek-capek kerja sama orang lain"

Menurut lo dengan lo menjadi owner, kerjaan lo cuma berpangku tangan terus duit ngalir ke rekening lo gitu aja? Think outside of the box. Menjadi owner itu lebih sulit dari yang dibayangkan. Paling tidak lo harus mahir memanajemenkan diri sendiri, sebelum memanajemenkan usaha lo apalagi anak buah lo. Seorang owner harus mampu melihat peluang pasar yang ada, mampu menentukan segmentasi dan targeting sesuai dengan produk yang bakal lo jual. Well, secara visual memang kelihatannya enak menjadi owner, tetapi secara praktik, gue jamin lo bakal Knock Out di marketingnya.

"Yaudah deh kalo begitu gue jadi pegawai aja! Enak, tinggal nurut aja apa yang disuruh atasan terus dapet duit deh"

Bekerja dengan orang lain juga ngga ada enaknya. Lo harus bangun pagi supaya ga terlambat ke kantor. Lo dilarang pulang sebelum waktunya tiba. Intinya bekerja dengan orang lain harus terikat peraturan yang terkadang ngga sesuai dengan karakter lo. Belum lagi banyak yang mencemooh kalo menjadi pegawai itu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya "kayak orang bodoh yang mau saja disuruh-suruh". Terkadang pemikiran seperti itu yang membuat orang tidak akan maju. 

"Being owner nor employee, both of them are difficult. It's the first mindset of me when I was looking for money with myself"

Dibalik kesulitan, pasti ada solusinya. Ada beberapa pendekatan yang akan gue sharing sebagai pegawai. Ketika pertama kali gue memutuskan menjadi pegawai yang artinya gue harus bekerja di bawah aturan orang lain, memang sulit rasanya. Tapi karena tuntunan hidup membuat gue terus berpikir bagaimana gue bisa keluar dari permasalahan ini sehingga semua perkerjaan yang gue lakuin sekarang bukan hanya sebagai rutinitas semata tetapi sebagai ladang pengembangan ilmu yang gue punya. Singkat cerita, gue membuat pendekatan bahwa pegawai dan perusahaan adalah mitra kerja yang saling membutuhkan, sehingga itu ga membuat gue berpikir bahwa gue bekerja sebagai budak. Gue punya bekal berupa keahlian yang gue miliki. Keahlian ini lah yang gue jadikan produk yang bakal gue jual ke perusahaan yang mempekerjakan gue. Lalu perusahaan memiliki uang untuk membeli produk yang gue jual, dimana produk yang gue jual tersebut bakal menjadi aset penting bagi perusahaan. Bukankah itu simbiosis mutualisme? "I'm a Seller, and Company is a Buyer". Sebagai seller yang bermutu, tentunya gue harus memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, selama berelasi dengan perusahaan yang mempekerjakan gue, gue selalu melakukan continual improvement terhadap kualitas produk yang gue jual. Karena jika tidak, gue bakal kehilangan perusahaan yang mempekerjakan gue sebagai pelanggan. Analoginya seperti suatu barang yang dijual di pasaran terdiri dari tiga grade, grade A, B, dan C, dimana semakin rendah gradenya, maka harga yang ditawarkan akan semakin rendah juga. Sama halnya dengan pegawai. Itu lah sebabnya jangan berburuk sangka jika perusahaan tidak membayarmu secara adil, itu tandanya produkmu tidak berkualitas. Oleh karena itu instrospeksi diri kita mulai dari sekarang.

"Terkadang bukan apa yang diberikan negara untuk kita tapi apa yang telah kita berikan untuk negara, begitu juga perusahaan tempat kita bekerja"

"Do your best"

Jika kamu tetap merasa perusahaan tidak adil padahal kamu sudah melakukan yang terbaik, pastikan dirimu sudah matang betul untuk memulai hidup baru di tempat baru yang menurutmu lebih menjanjikan. Karena sesuatu yang menjanjikan, tentu membutuhkan timbal balik yang lebih besar juga.

So, dua point yang bisa gue peroleh dari pendekatan yang gue buat ini. "Being an Owner and an Employee at the same time". 

Terus jadinya susahan mana?

"There is no difficult thing if we wanna try it the other way"